NORA SURATMAN DARI TANGAN KREATIF KE INDONESIA FASHION WEEK WASTRA DAN BUSANA
Lewat Fashion dan Wastra Tangan Terampil Nora Suratman Ke Panggung Indonesia Fashion Week
Berawal dari dorongan orang tua yang saat itu di anjurkan sekolah di bidang tata busana di SMK ketrampilan Nora Suratman mulai terlihat.dengan menggambar dan mendesain sehingga melanjutkan ke sekolah desain ternama di Surabaya Arva Schooll Desain Mode di Surabaya.Disanalah awal karir menjadi seorang desainer di mulai,sempat mengajar di sekolah desain tersebut Nora berhasil mendapatkan kesempatan show untuk memamerkan rancangan busananya untuk pertama kalinya.
Tahun 2003 mengikuti suami untuk datang ke Sangatta Kutai Timur,Nora baru mendapat kesempatan membuka usaha di tahun 2007 dengan brand The Raftykha,dengan bidang usaha desain dan modeste.Diawali dengan satu karyawan pada tahun 2025 ini karyawan nya sudah mencapai 23 pekerja.Mulai dari karyawan di bagian potong,jahit,bordir,serta konveksi.Melayani pembuatan Jas,kebaya,seragam kantor ,baju dinas karyawan serta,dinas pemerintahan dan perusahaan.
Sering mengikuti peragaan busana yang di gelar Dinas Pariwisata setiap tahun nya nama Nora Suratman mulai dikenal masyarakat.Pernah mengikuti ajang Fashion Show Fascreya di Jakarta,berkolaborasi dengan para desainer dari Kalimantan Timur di ajang pemilihan Putri Indonesia Kalimantan Timur serta menjadi juri di ajang pemilihan bakat tingkat kabupaten.
Pada tahun 2025 ini Nora berkesempatan berkolaborasi dengan DEKRANASDA Kutai Timur dan juga Disperindag mengikuti ajang Indonesia Fashion week di Jakarta.Kegiatan yang berlangsung di Jakarta Convention Center ini berlangsung meriah.”Saya sangat berterimakasih dan merasa senang sekali bisa bekerja sama dan berkolaborasi bersama Dekranasda serta disperindag Kabupaten Kutai Timur untuk sampai di panggung IFW 2025,kita bisa mengenalkan wastra dari Kutai Timur ke nasional,ujarnya”.

Kegiatan IFW kali ini turut pula dihadiri oleh Bupati Kutai Timur,Ketua DEKRANASDA Kabupaten serta beberapa kepala dinas serta dari para penggiat wastra di Kutai Timur.Dalam kegiatan ini pula di tampilkan Sembilan desain baju dan wastra dari Kutai Timur yang mengangkat judul Majestic Wakaroros.
Mengusung filosofi budaya lokal,koleksi ini tidak sekedar hanya peragaan busana akan tetapi sarat akan makna representasi kebesaran dan kearifan lokal Kutai Timur.”Wakaroros tidak hanya sebagai symbol spiritual akan tatapi budaya yang dikemas dalam bentuk kontemporer.
Nora berharap Kegiatan seperti ini dapat di dukung oleh Pemerintah daerah dan selanjutnya para desainer muda dapat juga mengikuti ajang yang serupa tutur menggali potensi serta kreatifitas sehingga mampu mengangkat nama Kutai Timur di Nasional melalui busana.
