KUTAI TIMUR – Aktivis sosial dan penggiat literasi, Yohana Fransiska Banda Maku, menyuarakan keprihatinannya terhadap minimnya perhatian pada pendidikan anak usia dini, khususnya di Kutai Timur. Ia menekankan bahwa pendidikan anak harus menjadi prioritas utama, bukan sekadar slogan dalam program pemerintah.
Menurut Yohana, anak-anak merupakan pondasi utama dalam membangun masa depan bangsa. Namun sayangnya, banyak kebijakan pemerintah yang justru lebih menekankan pada kegiatan hiburan, festival, atau acara seremonial ketimbang memberikan perhatian serius pada masa depan anak-anak.
“Banyak anggaran habis untuk acara-acara besar yang hanya sesaat manfaatnya. Sementara kebutuhan anak-anak untuk belajar, berkembang, dan dilindungi masih belum menjadi perhatian utama. Padahal, generasi emas itu dibentuk sejak dalam kandungan, bukan saat mereka sudah dewasa,” tegas Yohana.

Perjalanan Yohana dalam dunia literasi dan anak-anak dimulai sejak tahun 2014. Ia memulainya di Nusa Tenggara Timur dan kemudian melanjutkan kegiatannya di Sangatta, Kutai Timur. Di sana, ia mendirikan Kampung Dongeng Etam Sangatta, sebuah komunitas yang aktif mengenalkan literasi, nilai moral, dan kreativitas kepada anak-anak melalui cerita dan aktivitas edukatif.
Tak hanya itu, Yohana juga mengembangkan program public speaking yang ditujukan bagi anak-anak, remaja, hingga perempuan dewasa. Menurutnya, keterampilan berbicara di depan umum merupakan bekal penting dalam menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian, dan kemampuan bersosialisasi sejak usia dini.
Yohana juga menyoroti bahwa berbagai kasus kekerasan terhadap anak di Kutai Timur menjadi alarm penting bagi semua pihak. Ia mengkritik konsep Kabupaten Layak Anak (KLA) yang selama ini menurutnya hanya sebatas wacana tanpa implementasi konkret di lapangan.
“Kalau memang serius ingin mewujudkan KLA, maka harus melibatkan komunitas, relawan literasi, dan masyarakat yang benar-benar bekerja langsung bersama anak-anak. Jangan hanya jadi slogan tahunan,” ujarnya.
Ke depan, Yohana berharap ada Rumah Aman untuk Perempuan dan Anak di Kutai Timur sebagai bentuk nyata perlindungan terhadap kelompok rentan. Ia juga mengajak semua elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun generasi masa depan dengan pendidikan yang kuat, bukan sekadar hiburan sesaat. “Bagi saya, hidup bukan hanya tentang mencari, tapi tentang memberi arti bagi orang lain,” tutup Yohana.(IB)

