
KUTAI TIMUR – Ajang lari Sanmorun 2025 dipastikan berlangsung di Sangatta, Kutai Timur (Kutim), Minggu (31/8). Sebanyak 1.681 peserta dari berbagai daerah di Indonesia siap ambil bagian dalam lomba bertajuk Sport Tourism itu.
Ketua Panitia Barry William menyebutkan, geliat olahraga lari di Kutim kian berkembang pesat. Bahkan, panitia melibatkan pacer (pemandu pelari) lokal yang dinilai sudah berkompeten. “Jadi ini wajah-wajah anak muda lokal yang kita pilih menjadi pacer di acara Sanmorun 2025,” ujarnya.
Menurut Barry, konsep sport tourism yang diusung bukan sekadar lomba lari. Lebih dari itu, event ini diharapkan memberi pengalaman baru bagi peserta sekaligus menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi daerah.
“Olahraga bisa meningkatkan elektabilitas kepariwisataan di sebuah daerah. Bukan hanya pesertanya, penonton dan masyarakat sekitar juga ikut merasakan dampaknya,” jelasnya.
Data panitia menunjukkan, peserta tidak hanya berasal dari Kutim atau Kalimantan Timur. Ada juga yang datang dari Kalimantan Utara, Sulawesi, hingga Pulau Jawa. “Itu membuktikan Kutim sudah dilirik sebagai destinasi sport tourism,” kata Barry.

Dampak ekonomi pun diyakini signifikan. Hotel dan penginapan terisi, jasa transportasi bergerak, serta UMKM ikut kecipratan rezeki. “Enggak mungkin orang datang dari luar kota hanya untuk lari. Pasti mereka juga ingin tahu apa yang ada di Sangatta,” tambahnya.
Panitia berkolaborasi dengan 13 sponsor brand lokal hingga nasional lainnya. Kehadiran sponsor besar disebut Barry sebagai bukti Kutim mulai diperhitungkan. “Awalnya target minimal peserta 1.500, ternyata bisa tembus 1.681. Meski belum mencapai target 2.000, ini sudah melewati ambang minimal,” ungkapnya.
Adapun komposisi peserta terdiri dari kategori master (7 persen), pelajar (15,3 persen), dan umum (77,7 persen). Dari sisi gender, hampir seimbang, 43,1 persen perempuan dan 56,9 persen laki-laki. “Ini menunjukkan kesadaran hidup sehat sudah tumbuh di masyarakat,” ucap Barry.
Ke depan, Sanmorun diproyeksikan berkembang menjadi event tahunan berskala lebih besar. Panitia bahkan berencana menambah kategori 10K hingga kelas anak-anak.
“Harapannya bisa tembus 3.000 peserta. Kita ingin bukan hanya event sekali lewat, tapi berkelanjutan dan jadi budaya baru di Kutim,” tutup Barry.(IB)
