
KUTAI TIMUR – Bupati Kutai Timur (Kutim), Ardiansyah Sulaiman, menyampaikan pidato pada rapat paripurna ke-9 DPRD Kutim dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Kutim ke-26, Kamis (9/10/2025).
Dengan mengenakan pakaian adat Kutai, Ardiansyah memaparkan sejumlah catatan penting di hadapan anggota dewan, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), serta tamu undangan yang hadir.
Menurutnya, momentum hari jadi ini menjadi ajang refleksi bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi capaian pembangunan yang telah dilaksanakan.
“Dinamika multidimensi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat memerlukan rumusan strategi dan kebijakan yang tepat dalam menghadapi tantangan-tantangan yang muncul, dan harus dihadapi dengan tekad bersama melalui kerja keras, kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja fokus, dan tuntas,” katanya.
Dalam paparannya, Ardiansyah menyebut sejumlah capaian pembangunan Kutim sepanjang 2024. Kabupaten Kutim berhasil mencatat angka pertumbuhan ekonomi sebesar 9,82 persen, melampaui capaian nasional yang berada di 5,03 persen, serta pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur yang mencapai 9,06 persen.
Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menunjukkan tren positif, yakni di angka 75,90 persen. Persentase tingkat kemiskinan turut mengalami penurunan dari 9,06 persen pada 2023 menjadi 8,81 persen pada 2024.

“Kita berharap bahwa pencapaian target makro pembangunan di atas menggambarkan tonggak awal mewujudkan visi pembangunan Kutai Timur tahun 2025–2029, yakni ‘Terwujudnya Kutai Timur Tangguh, Mandiri, dan Berdaya Saing’,” ujarnya.
Meski demikian, Ardiansyah mengakui masih terdapat sejumlah isu strategis yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah. Ia menyebut sedikitnya ada tujuh pekerjaan rumah (PR) besar yang harus diselesaikan.
Beberapa di antaranya adalah peningkatan konektivitas antarwilayah, optimalisasi penataan permukiman terutama pada jalan lingkungan, serta pembenahan sistem drainase di kawasan perkantoran.
Selain itu, keterbatasan akses pelayanan kesehatan rujukan di wilayah terpencil juga masih menjadi kendala. Ia turut menyoroti kurangnya sarana dan prasarana telekomunikasi di daerah terisolasi. Infrastruktur dasar seperti air bersih dan cakupan elektrifikasi di sebagian wilayah Kutim juga terus menjadi prioritas peningkatan.
Di sektor ekonomi, Ardiansyah menilai hilirisasi produk pertanian masih belum berjalan optimal, sementara kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap APBD masih perlu ditingkatkan.
“Kami menyadari sepenuhnya bahwa pemecahan masalah pada isu-isu penting tersebut memerlukan komitmen penuh dan kerja sama yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, terutama dalam menyusun dan melaksanakan strategi yang efektif untuk mengatasi isu-isu tersebut,” pungkasnya.(IB)