
Kutai Timur – Upaya meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini di Kutai Timur terus dilakukan melalui berbagai strategi. Salah satunya dengan penerapan Sulingjar (Survei Lingkungan Belajar) yang kini menjadi instrumen evaluasi penting di tingkat PAUD (Formal dan Non Formal). Dengan Sulingjar, sekolah dapat lebih terukur dalam menyiapkan sarana, prasarana, serta suasana belajar yang kondusif bagi tumbuh kembang anak.
Pengawas TK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab -Kutai Timur, Diyah Hayatiningsih S.Pd ,M.Pd, menegaskan bahwa Sulingjar hadir sebagai alat bantu bagi sekolah dalam menata lingkungan belajar. Menurutnya, keberadaan instrumen ini bukan sekadar formalitas, tetapi menjadi pedoman nyata untuk memastikan bahwa anak-anak belajar di tempat yang aman, nyaman, dan sesuai standar perkembangan.

“Melalui Sulingjar, kita bisa melihat sejauh mana kesiapan sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang ramah anak. Mulai dari kelengkapan ruang kelas, area bermain, hingga aspek kesehatan dan keselamatan, semuanya masuk dalam penilaian,” jelas Diyah saat ditemui di Sangatta, Senin (16/9).
Ia menambahkan, Sulingjar juga berfungsi sebagai alat ukur standar layanan pendidikan dan Kepala Sekolah untuk melakukan pembenahan. Dengan begitu, setiap lembaga PAUD baik itu Formal maupun Non Formal di Kutim memiliki standar mutu yang sama dalam memberikan layanan pendidikan. “Bukan hanya infrastruktur, tetapi juga kualitas interaksi guru dengan anak, manajemen sekolah, hingga keterlibatan orang tua turut menjadi perhatian,” ujarnya.
Diyah menekankan pentingnya keseriusan sekolah dalam menindaklanjuti hasil evaluasi Sulingjar. Pasalnya, setiap rekomendasi yang keluar dari instrumen tersebut dapat dijadikan dasar perbaikan. “Kami dari pengawas tentu akan terus mendampingi, tapi peran aktif sekolah menjadi kunci. Jika ada kekurangan, harus segera dibenahi agar tidak mengganggu proses pembelajaran,” katanya.
Selain itu, Sulingjar juga dinilai sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mewujudkan Satuan Pendidikan Ramah Anak (SRA). Dengan lingkungan belajar yang terstandar, diharapkan anak-anak Kutim dapat bertumbuh dengan sehat, aman, serta memiliki kesempatan belajar yang menyenangkan. “Ini bagian dari komitmen kita untuk menyiapkan generasi emas Kutim,” tutur Diyah.
Menurutnya, hasil dari Sulingjar bukan sekadar angka penilaian, melainkan gambaran nyata kondisi sekolah. Hal ini dapat menjadi bahan evaluasi berkelanjutan, baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat. “Orang tua pun bisa lebih percaya karena sekolah tempat anaknya belajar sudah melalui proses evaluasi yang jelas,” tambahnya.
Diyah berharap, seluruh PAUD di Kutim benar-benar memanfaatkan Sulingjar sebagai sarana introspeksi dan perbaikan. Dengan demikian, kualitas pendidikan anak usia dini tidak hanya meningkat di atas kertas, tetapi juga nyata dirasakan oleh anak dan orang tua. “Kalau lingkungan belajarnya baik, maka anak akan tumbuh dengan bahagia dan siap menghadapi jenjang pendidikan berikutnya,” pungkasnya.(IB)