

KUTAI TIMUR – Perkembangan teknologi digital membuka peluang luas bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri. Namun, di balik itu, ada pesan penting yang diingatkan, kreativitas harus berpadu dengan etika.
Pesan tersebut disampaikan Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, saat menjadi pembicara dalam kegiatan Perpaduan Desain Visual dan Komunikasi Lisan yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Komisi X DPR RI di Hotel Victoria, Sangatta, Kamis (11/9/2025).
Lewat sambungan zoom, Hetifah menekankan bahwa generasi muda Kutim dapat menjadi motor penggerak perubahan dengan menghadirkan konten digital yang tidak sekadar viral, melainkan juga sarat makna, menginspirasi, dan menumbuhkan kebanggaan lokal.
“Alam Kutim merupakan panggung, budaya kita adalah jiwa, dan kalianlah para penceritanya. Dengan digital storytelling, kita bisa memperkenalkan Kutim tidak hanya ke masyarakat Indonesia tetapi juga ke panggung dunia,” ucap Hetifah.
Politisi senior asal Kaltim itu juga memastikan Komisi X DPR RI berkomitmen memperkuat ekosistem kreatif nasional. Dukungan tersebut diwujudkan melalui pengembangan literasi digital, peningkatan keterampilan, serta penanaman etika bermedia sosial yang sehat.
“Jadi kombinasi kreativitas dan tanggung jawab menjadi kunci agar generasi muda dapat memproduksi konten yang berdampak positif bagi masyarakat luas,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua I DPRD Kutim, Sayyid Anjas, menilai penguasaan teknologi digital bukan lagi sekadar kebutuhan tambahan, melainkan sebuah keharusan mutlak bagi generasi muda dan calon pemimpin masa depan agar mampu bersaing di era global yang kompetitif.
Ia mencontohkan bagaimana evolusi teknologi terus bergulir. “Dari kaset pita yang pernah berjaya, lalu digantikan DVD, flashdisk, hingga platform digital modern,” ujarnya.
“Teknologi ini berkembang sangat cepat yah, siapa yang mampu menguasainya, dialah yang meraih kemenangan,” tambah Anjas.
Ia juga mengingatkan agar perkembangan teknologi digital tidak dianggap sepele. Menurutnya, masyarakat dan generasi muda dituntut untuk mampu beradaptasi agar tidak tertinggal.
“Digitalisasi bukan hanya sekadar alat bantu, melainkan sebuah ekosistem yang memungkinkan edukasi, pemasaran, pembangunan citra, dan penguatan merek pribadi atau organisasi. Dunia terus berubah, dan kita harus sigap serta adaptif terhadap perubahan tersebut,” tutupnya.(IB)