KUTAI TIMUR – Angka pernikahan usia dini di Kutai Timur menempati posisi ketiga tertinggi se-Kalimantan Timur. Fenomena ini mendorong Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI) Kutim untuk mengambil peran dalam menekan tren tersebut, salah satunya lewat seminar edukatif yang menyasar pelajar tingkat SMP dan SMA.
Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari peringatan Hari Anak Nasional sekaligus langkah preventif terhadap risiko sosial dan kesehatan yang timbul akibat pernikahan di usia belum matang.
Perwakilan PT Kaltim Prima Coal sekaligus anggota APSAI Kutim, Febriana Kurniasari, menegaskan bahwa pembekalan kepada remaja harus dilakukan sejak dini.
“Harapannya, anak-anak ini memahami bahwa menikah bukan hanya soal perasaan, tetapi kesiapan mental, fisik, dan tanggung jawab jangka panjang. Tanpa bekal yang cukup, pernikahan dini berisiko tinggi melahirkan anak-anak stunting karena pola asuh yang tidak siap,” jelas Febriana, Selasa (5/8).
Dalam paparannya, Febi juga menggarisbawahi pengaruh besar media sosial dalam membentuk pola pikir dan hubungan antarremaja. Ia menekankan pentingnya literasi digital agar pelajar tidak terjebak dalam keputusan impulsif yang berdampak panjang.
“Kami tidak hanya bicara tentang fasilitas, tapi juga aturan dan sistem di perusahaan yang memastikan tidak ada pelanggaran terhadap hak anak. Bahkan, pasangan pekerja pun menjadi perhatian, terutama bagaimana perusahaan turut mendorong pemenuhan hak ibu rumah tangga dan anak dalam lingkungan sosialnya,” tambahnya.
APSAI Kutim, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan lintas sektor, juga mendorong kebijakan internal yang ramah anak serta pelatihan asesor untuk menilai kelayakan perusahaan sebagai “Perusahaan Layak Anak”, guna mendukung terwujudnya Kutim sebagai Kabupaten Layak Anak.(IB)

