
Insight Borneo.com – Di tengah gegap gempita kompetisi olahraga dan seni dalam Pekan Olahraga dan Seni (Perseni) Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Wilayah V Kalimantan, terselip pesan reflektif yang disampaikan Ketua Panitia, Sesthy Saring Bumbungan. Ia menekankan bahwa di balik semarak kegiatan ini, ada semangat pelayanan dan kebersamaan yang patut dirayakan.
Dalam suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, Sesthy menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan selama pelaksanaan kegiatan, baik dalam penyambutan maupun aspek teknis lainnya.
“Hal-hal yang kurang berkenan, baik dari segi penyambutan, pelayanan, maupun teknis pelaksanaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf yang sebesar-besarnya,” ujarnya di hadapan peserta dari delapan klasis se-Kalimantan.
Namun ia mengajak seluruh peserta untuk melihat lebih dalam makna kebersamaan yang terbangun. Ibarat sebuah simfoni, kata Sesthy, keindahan tidak ditentukan dari kesempurnaan mutlak, melainkan dari harmoni yang terjalin meski ada nada-nada yang tidak sempurna.
“Seperti halnya semua simfoni, meski ada nada yang mungkin sumbang, namun biarlah kesempurnaan tetap terdengar indah di hadapan Allah dan di hati kita semua,” katanya menyentuh.
Perseni, menurutnya, bukan sekadar ajang untuk adu bakat dan kecepatan, tapi lebih dari itu: sebagai ruang perjumpaan antarjemaat, tempat belajar menerima kekurangan, serta wadah untuk menghidupi nilai-nilai kekristenan dalam wujud nyata.
“Akhir kata, biarlah segala yang diupayakan dalam proses ini menjadi nyala pujian bagi Allah. Dan menjadi gereja kebersamaan yang tidak hanya membekas dalam sejarah PPGT, tetapi juga dalam kehidupan kita masing-masing,” tutupnya penuh makna.
Perseni PPGT Wilayah V Kalimantan yang digelar di Kutai Timur ini menjadi lebih dari sekadar ajang lomba. Ia menjelma sebagai ruang pertumbuhan spiritual, tempat pemuda gereja belajar tentang tanggung jawab, pelayanan, dan cinta yang mengikat dalam perbedaan.*(IB)
