
Insight Borneo.com – Di tengah arus modernisasi dan minimnya keterlibatan generasi muda dalam isu-isu kebudayaan, sebuah inisiatif baru lahir di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Forum Muda Berbudaya resmi dibentuk melalui musyawarah perdana yang digelar di Gedung Wanita, Sabtu (5/7), sebagai wadah strategis bagi pemuda untuk mengambil peran aktif dalam pelestarian seni dan budaya lokal.
Gagasan ini tidak muncul dari meja birokrasi semata. Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim, Padliyansyah, menjadi motor penggeraknya. Ia melihat urgensi menciptakan ruang baru di mana pemuda bukan hanya menjadi objek dari program pemerintah, melainkan subjek yang menggerakkan transformasi budaya dari bawah.
“Alhamdulillah wa syukurillah pada hari ini sudah separuh dari cita-cita saya tercapai yaitu membentuk forum muda berbudaya,” ujarnya.
Forum ini sebenarnya bagian dari proyek aksi perubahan yang ia gagas sebagai peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA). Namun, menurutnya, keinginan membentuk ruang kolaborasi pemuda dalam bidang kebudayaan sudah lama tumbuh.
“Mudah-mudahan dengan terbentuknya pemuda berbudaya ini seperti yang sedang sudah saya sampaikan, saatnya pemuda mengambil alih pelestarian pengembangan seni budaya di daerah kita, terutama budaya di Kabupaten Kutai Timur. Itu maksud dan tujuannya,” terang Padliyansyah.
Tak berhenti di forum tingkat kabupaten, ia merancang rencana kerja konkret untuk menjangkau 18 kecamatan melalui kolaborasi dengan KNPI dan UPT Pendidikan. Rencana ini muncul dari kesadarannya bahwa potensi budaya lokal banyak tersembunyi di pelosok dan belum terangkat ke permukaan.
Ia menegaskan forum ini tidak akan menjadi beban anggaran pemerintah. Justru, dengan legalitas mandiri, ia membuka ruang seluas-luasnya untuk kolaborasi lintas sektor, termasuk peluang pendanaan dari pusat.
“Walaupun lembaga ini saya lah inisiatornya, saya tidak akan membebani pemerintah. Tidak membebani bidang saya supaya lembaga ini bisa resmi berdiri supaya legal ke depannya dan peluang tadi yang seperti saya sampaikan, peluang untuk kegiatan dibantu oleh pusat ini terbuka,” jelasnya.
Sebagai bentuk keseriusannya, ia bahkan sudah menyiapkan ruang berkumpul yang meski masih dalam tahap penyelesaian, sudah mulai difungsikan sebagai titik temu ide dan diskusi. Tim kecil dari internal dinas juga telah terbentuk dan rutin terlibat dalam pertemuan informal.
“Sudah hampir satu minggu saya gunakan untuk memanggil teman-teman berdiskusi di sana, terutama anggota saya di dinas, karena di dinas itu saya membentuk tim sendiri untuk mensukseskan kegiatan saya ini,” katanya.

Forum Muda Berbudaya diharapkan bisa menjadi kekuatan sosial baru di Kutim. Bukan hanya sebagai mitra program, tapi juga mitra kritis yang berani menyuarakan gagasan, merancang program, dan mendorong regenerasi nilai-nilai budaya yang selama ini terpinggirkan oleh narasi pembangunan fisik.
“Insyaallah kalau dalam hal melebarkan insyaallah juga akan kita usahakan. Mudah-mudahan ini menjadi penggerak dari minimal di Kalimantan Timur, karena peserta PKA itu adalah dari Kalimantan Timur dan Kaltara,” harapnya.
Inisiatif ini tidak dibuka dengan gegap gempita seremonial, tapi dengan kerja diam-diam yang kini mulai menggeliat. Sebuah sinyal bahwa pelestarian budaya tak harus menunggu arahan atas, tapi bisa lahir dari semangat orang-orang yang mencintai tanahnya.*(IB)
